Penduduk Indonesia Ramah Tamah...

Akhir - akhir ini slogan jaman orba tentang Indonesia Negri dengan penduduk yang ramah makin tampak nyata lunturnya. Mungkin di daerah - daerah masih berlaku, tapi di Jakarta semua jadi nonsense! Banyak pengalaman pahit saya alami berkaitan dengan hal ini. Sepertinya budaya ramah, atau sekedar basa basi sudah tidak berlaku lagi. Bahkan sekedar senyum atau berterimakasih atas sesuatu yang telah diperbuat orang lain ke kita saja sepertinya sulit dilakukan. Semua benar - benar apatis, individuil, materialis dan bahkan mendekati anti sosial. Kalau sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan?

Banyak pengalaman saya pribadi seputar hal - hal menggelikan ini. Sebagai contoh tadi pagi ketika sampai di kantor, ketika saya masuk ke dalam lift yang akan mengantar saya naik ke lantai tempat kerja saya. Tak berapa lama di dalam lift dari luar saya dengar suara seorang wanita yang meminta untuk ditungguin karena mau naik juga. Buru - buru saya tekan tombol open agar pintu tetap terbuka. Masuklah seorang wanita dengan baju kantoran dan dia langsung memencet tombol lantai yang dia inginkan, setelah itu diam seribu bahasa tanpa senyum dan tanpa ucapan terimakasih. Sungguh saya tidak mengharap ucapan terimakasih dari dia, pikiran saya justru malah melayang ke norma - norma etika yang dulu pernah diajarkan kepada saya. Di dalam lift, untuk mengexcuse kondisi tadi saya hanya berpikir mungkin dulu ibu ini kurang mendapat ajaran sopan santun dari orang tuanya. Sebenarnya tidak semua berlaku ajaib seperti ibu tadi, tapi mayoritas memang begitu.

Lain lagi dengan kejadian saat jalanan macet di seputar mega kuningan beberapa bulan yang lalu. Ketika mobil saya berbelok masuk ke jalan menuju balai kartini dari arah casablanca, truk di depan saya tiba - tiba berhenti untuk parkir. Otomatis saya memberi sign untuk pindah jalur ke kanan. Pengendara motor di belakang saya yang tidak paham apa yg terjadi tetap melajukan motornya di lajur kiri dan ketika stuck di belakang truck dia membunyikan klakson berkali - kali dan tampak mulai gusar. Saya yang masih berusaha untuk pindah jalur karena kebetulan jalanan lumayan padat, ikutan kena imbas kekesalan si pengendara motor. Begitu motor tersebut bisa melalui mobil saya, cewek yang duduk diboncengan mengacungkan jari tengahnya ke arah saya. Cukup kaget juga ngeliat tingkah polah si cewek ini... dalam hati beneran nih dia mau ngajak saya "begituan" di sini?

Masih banyak lagi contoh - contoh sikap apatis dari penduduk ibukota, tak jauh - jauh lihat saja kelakuan kita di mikrolet atau metromini, ketika ada orang mau naik tak ada satupun penumpang di atas mikrolet berusaha memberi tempat duduk padahal tempat masih tersisa. Saya yakin sopir mikrolet tidak akan menaikkan penumpang jika memang sudah tidak ada lagi space untuk duduk, toh mereka menganut hukum 2 - 4 - 6. Penumpang akan memberi tempat duduk buat kita jika sudah di tegur oleh pak sopir. Astaghfirullah! Begitupula di tempat - tempat umum seperti mall dan lain sebagainya, seperti pernah diposting oleh Dini beberapa waktu yang lalu, sangat sedikit orang yang konsen dengan keberadaan orang lain di belakang kita saat membuka pintu.

Kalau mau dijabarkan satu persatu postingan ini bakalan panjang, tapi saya yakin banyak di antara teman - teman mengalami hal ini, kecuali bila teman - teman pun sudah ikutan apatis. Sekarang ini saya jadi berpikir kenapa dulu sampai ada slogan penduduk indonesia ramah tamah dan di dengungkan ke seantero nusantara, bisa jadi karena pemerintah mulai melihat indikasi kalau penduduk indonesia tidak ada yang ramah. **pahit bener**
Semoga pikiran saya salah kaprah....