Skip to main content

Vespa Ndhog

VESPA. Mungkin ini adalah satu-satunya kendaraan yang paling dekat dengan saya. Dulu waktu saya kecil, di rumah hanya ada 1 buah vespa warna ijo telor asin keluaran tahun 65, 1 buah sepeda kumbang yang hitam tinggi, sama 1 buah sepeda mini jengki tua. Tiga-tiganya memang sudah tua sih… Berhubung di rumah saya termasuk warga kelas bawah karena masih ada 9 orang kakak di atas saya, jadi kesempatan saya untuk pakai 3 kendaraan tadi sangat kecil, harus benar-benar tidak ada yang pakai baru saya diijinkan pegang.

Kenangan saya dengan Vespa telor ini sangatlah banyak, dari bunyinya yang khas hingga bentuknya yang waktu itu dari sudut pandang saya yang masih kecil terlihat besar dan tembem. Bagasi terletak di samping di salah satu pantat gendutnya. Sedangkan mesin terletak di pantat satunya. Jok nya pun masih terpisah depan belakang. Jadi dulu saat saya dibonceng bertiga, saya yang biasanya duduk ditengah siap2 pahanya kejepit jok depan kalo lagi ada gronjalan (jalan berlubang). Tersiksa? Jelas! Saya ingat dulu kakak-kakak yang lebih tua sering mengemas Vespa ini seolah kendaraan yang menakutkan. Mereka bilang Vespa adalah kendaraan yang susah, karena jika masukin giginya tidak benar si Vespa bisa njengat dan ngegas berakibat kita jatuh atau nabrak tembok dlsb yang pokoknya seram. Dulu karir saya pegang Vespa telor ini dimulai dengan menawarkan bantuan manasin di pagi hari.. Vespa dimiringin trus engkol starter yang ada di bawah diinjak berulang-ulang sampai nyala. Adakalanya susah nyala, itu berarti Vespa nya harus dicuk (choke) dulu. Saya sendiri tidak tau fungsi cuk ini buat apa tapi saya ingat sekali kalo distarter berulang-ulang tidak nyala berarti saatnya ngencuk.. eh ngecuk. Dan terbukti memang manjur. Biasanya Vespa yang idle lama saat mau dinyalain memang harus dicuk dulu. Gak tau juga Vespa jaman sekarang masih butuh cuk mengecuk tidak yah?

Sejalan waktu akhirnya di rumah ada Honda GL Pro, Astrea 80 dan Suzuki Jimny. Kendaraan – kendaraan tua mulai bergeser ke kami kelas bawah dan si Vespa jatuh ke kakak saya yg posisinya tepat di atas saya, dan karena itulah sampai sekarang dia mendapat nama si “Ndhog”.. saya sendiri sudah terbiasa memanggil dia dengan sebutan mas Tigan. Tigan adalah Ndhog  atau Telor dalam bahasa jawa krama inggil, biar kesannya lebih sopan. Kira-kira awal 90an Vespa telor kami dijual seharga 750rb ke tetangga, beberapa tahun kemarin saat mudik saya masih sempat ngeliat Vespa tersebut dia pakai. Entah sekarang masih ada atau tidak.

Terus terang sampai sekarang saya masih gemar naik vespa terutama yang tahun – tahun lama. Rasanya memang beda ketimbang naik motor biasa. Pernah waktu jalan di mall piaggio lagi pameran vespa baru, saat itu ada yang warna merah ngejreng dengan ban warna putih cakep sekali. Sempat mikir-mikir pengen beli, tapi pas tau harganya 60jt an, gak perlu pikir panjang saya rogoh dompet dan langsung…. Cabut dari mall beli gorengan di luar hehe

Besok Sabtu sore seorang teman yang bekerja di Piaggio ngajak muter-muter naik vespa baru, matic sih tapi ndak apa2lah obat kangen.

Comments

  1. iya..iya pernah ngalamin juga

    ReplyDelete
  2. komen pertama di tulisan pertama saya di tahun 2012... anda layak dapat bintang mbak!

    ReplyDelete
  3. Weks,
    berarti Pakdhe Kis nomor sepuluh....???

    DUlu simbok kuwi nglairin apa mencret jee...? :))


    #mlayuuuu

    ReplyDelete
  4. adus sik sing resik ngko pareng ndherek

    ReplyDelete
  5. aku malah katrok ga bisa pake pespa
    gabisa ngopernya
    haha

    ReplyDelete
  6. tulisan ini membuat gw sedih sekali membayang kan betapa tersiksanya masa kecil mas kiss jadi anak bungsu di keluarga. * tos 2x an wine sama kakak mas kis, kami sesama kakak yg dulu nyiksa adek nya*

    ReplyDelete
  7. Aihhh seneng deh baca ceritanya .... walopun cerita ttg dirinu rodo2 dibully yo mas?

    ReplyDelete
  8. dari sudut pandang saya yang masih kecil terlihat besar dan tembem >> ini yg besar dan tembem vespanya apa mas kisnya? wkwkwk

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pelepasan atau Penglepasan?

Liat - liat poto yang diunduh oleh Sdri. Mayah barusan, walaupun belum menjadi polemik tetapi ada beberapa sentilan dari sdr.Tampah dan sdri. Yayi mengenai pemakaian kata Penglepasan yang tampak pada spanduk. Setelah saya cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia online, kata penglepasan memang tidak masuk sebagai khasanah kosa kata Bahasa Indonesia. Tidak bisa dipungkiri kata tersebut memang terlanjur banyak dipakai untuk mengekspresikan perbuatan melepas atau berpisah dengan anak didik yang sudah lulus masa sekolahnya. Mengapa bisa sampai terdapat kata Penglepasan padahal menurut kaidah penulisan kata Bahasa Indonesia yang benar pada saat kata dasar dengan awalan huruf L diberi awalan pe seharusnya tidak berubah bentuk? Mari kita lihat arti kata pelepasan dalam KBBI: pe·le·pas·an (n) 1 proses, cara, perbuatan (hal dsb) melepas(kan); 2 pemecatan (dr tugas); 3 dubur; anus; 4 Geo pengurangan atau penghilangan awan, baik secara alami maupun secara buatan; berawal dari arti nomor 3 di ...

BOKIR

Beberapa hari yang lalu saya dapat sms dari seorang teman di Yogya yang berbunyi: "Mas, msh mau golden gak?" Yups Golden Retriever, anjing idaman saya selain Rottweiler. Buru - buru saya kontak orang rumah sekedar diskusi ini itu nya. Tampak nada bergairah dari penghuni rumah walaupun bingung apa jadinya nanti seandainya si Golden ketemu sama Mamet. Akhirnya diputuskan untuk konsultasi sama dokter pribadi mas Mamet, dan mendapat jawaban yang kira - kira begini: "untuk tahun - tahun awal, mereka mungkin akan sering berantem. Tetapi sesudahnya mereka akan baik - baik saja. Yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa Golden itu jenis anjing yang gak bisa kesepian. Dia harus diajak bermain dan harus selalu ditemani. Ada kenyataan bahwa dia  bisa mati kesepian" JLEB! Langsung kebayang tampang melas golden retriever minta diajak jalan - jalan. Sementara kami belum tentu bisa ngajak dia jalan - jalan atau main karena kesibukan masing - masing. Lha wong kami kalo kete...

Kuningan Village #Sketch

Baru ngeh kalo di pedalaman area Kuningan, di belakang Setiabudi Building ada tempat jajan bernama Kuningan Village. Lokasi tepatnya sih deketan sama Rumah Sakit Aini. Saya lihat makanannya lumayan banyak, ada Japanese, Chinese, Western dan tentu saja makanan lokal. Kuningan village ini konsepnya mirip foodcourt di mall - mall gitu, hanya saja dia kemas lebih comfy dengan tempat duduk dan penerangan yang nyaman, ada yg indoor ada pula outdoor sambil menikmati udara sekitar. Meskipun outdoor jangan takut kehujanan, krn letaknya masih di teras. Jujur hari Selasa  kemarin adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di sini, itupun atas usul seorang kolega yang ngajak meeting sambil makan. Kebetulan pas saya datang parkiran penuh, jadi karena sudah ditunggu meeting saya buru-buru menyerahkan mobil ke petugas Valet (kalau tidak salah biayanya 20rb rupiah). Teman yang sudah sampai duluan sudah memesan aneka hidangan dim sum sebagai pembuka buat kami berempat. Dim sum standar seperti...