Serba Serbi JJF 2009

Java Jazz Festival 2009 telah usai digelar akhir minggu kemarin (6, 7, 8 Maret) di JCC Senayan dengan meninggalkan beragam kesan yang berkecamuk di hati saya. Overall penyelenggaraan tahun ini saya anggap tidak sukses sama sekali mengingat banyak hal yang seharusnya bisa dilakukan lebih baik dari tahun sebelumnya, tapi kali ini malah menjadi buruk.
Berbeda dengan tahun lalu di mana saya bisa menyaksikan banyak sekali performance yang tampil dengan kualitas menonton yang bisa dibanggakan, tahun ini saya tidak bisa mengharapkan kejadian seperti itu lagi karena faktor kondisi. Mau nggak mau harus saya relakan penampilan Ivan Lins dan beberapa penampil yang sudah saya rencanakan untuk nonton.

Java Jazz kali ini dimeriahkan oleh Jason Mraz, Brian McKnight, Laura Fygi, Swingout Sister dan banyak lagi. Grup Soil & Pimp asal Jepang menurut saya layak kita acungi jempol atas penampilannya yang memukau dan atraktif. Penampilan gitaris Mike Stern, Peabo Bryson, dan tribute to Luther Vandross juga banyak menyedot penonton. Cukup bangga dan salut juga atas animo penonton yang memadati panggung KLA Project, Emerald, dan Chaseiro (the reunion), menunjukkan musik dalam negeri umumnya dan mereka khususnya masih banyak diminati. Yang menggembirakan adalah datangnya Matt Bianco setelah tahun lalu batal tampil. Grup yang saya gemari ini tampil di hari pertama dan kedua, membawakan hits2nya dari awal pemunculan mereka hingga album terakhir. Sungguh JJF kali ini gak bakalan assoy tanpa mereka.

Tahun depan ada wacana JJF bakalan diadakan di PRJ Kemayoran karena alasan tempat yang luas. Beberapa nada miring tampak dilontarkan oleh beberapa pengunjung yang mendengar berita ini. Tapi seandainya benar tahun depan ada iming - iming akan kehadiran Santana, bisa dipastikan saya hadir.

Kesimpulan sesuai pengamatan saya akan penyelenggaraan Java Jazz kemarin:

1.	Jumlah penonton tidak berimbang dengan kapasitas tempat yang bisa ditampung. Seharusnya pihak JFP bisa mengestimasi luas tempat dan jumlah penonton, jadi tidak asal jualan tiket saja. Sungguh tahun ini benar2 crowded dan tidak nyaman untuk menikmati suguhan artis2 penampil. Untung tragedi mina tidak terulang walaupun banyak penonton yang jatuh pingsan karena terhimpit ataupun kepanasan.
2.	Jadwal yang berubah - ubah sangat radikal, walaupun tahun lalu juga terjadi perubahan jadwal tapi tidak pernah se-ekstrim ini. Jika ingin benar-benar memberi kenyamanan kepada penonton yang sudah rela mengeluarkan uangnya untuk membayar tiket JJF, jadwal seharusnya sudah fix dan terdistribusi kepada seluruh penonton sehari sebelum acara.
3.	Banyak orang berarti banyak sampah. Sampah bertebaran di mana2. Karakter orang Indonesia yang kurang atau tidak sadar akan kebersihan dan tidak pernah mengapresiasi estetika, harusnya sudah diantisipasi oleh pihak JFP dengan menyediakan tempat sampah yang representatif dalam jumlah banyak. Bukan hanya menyediakan kantong plastik doang, tapi sediakan tempat sampah besar dan eye catching hingga semua org sadar harus buang sampah di situ. Bila banyak penonton mematuhi larangan tidak merokok dalam ruangan, saya rasa jika panitia lebih aware dgn masalah sampah dengan memberikan larangan khusus, penonton pun akan mematuhi.
4.	Lighting di merak room (femina lounge) sangat buruk, mungkin bisa dicarikan solusi sehingga pengunjung lebih menikmati lagi.
5.	Tersedianya kantin, dan sarana umum yang lain seharusnya sudah menjadi kewajiban pihak penyelenggara untuk lebih memudahkan pengunjung dan sekaligus bagian dari reward kepada pengunjung karena telah membeli jasa pihak JFP, mengingat hal tersebut maka saya sarankan makanan yang dijual di kantin sebaiknya tidak menggunakan sistem aji mumpung, mumpung cuman mereka yang jual lantas harganya mendadak dangdut. Sebaiknya harga tetap sama dengan standar harga diluar. Saya sadar perubahan harga yg mendadak dangdut ini hanya terjadi di negara kita pada saat ada event2 spesial dimana di negara lain hal itu tidak pernah terjadi, dalam kondisi apapun harga tetap standar dan tidak menggunakan sistem aji mumpung. Wahai JFP janganlah hanya mementingkan faktor profit saja, jangan semua anda jadikan tambang uang.
6.	Sistem Ticketing tahun ini sungguh memalukan di mana saya tidak pernah mendengar hal ini di JJF tahun sebelumnya. Antrian panjang layaknya nunggu ponari terjadi pada hari penukaran tiket. Mohon cari solusinya agar hal demikian tidak terjadi lagi.
7.	Pintu masuk yang cuman 1 dari depan (walaupun ada 1 dari arah hotel sultan) bikin antrian panjang penonton dan otomatis bikin resah. Sementara pintu satunya yang katanya khusus panitia atau "orang2 sakti" yang ngalungin name tag terlihat sepi dan mubazir.
8.	Kenapa panitia tidak menerbitkan voucer diskon seperti tahun lalu?

Demikian beberapa point dari saya atas penyelenggaraan JJF tahun ini, bukan untuk menjelek2kan tapi untuk sumbang saran demi lancarnya JJF sebagai ajang internasional kebanggaan bangsa di masa mendatang. Semoga tahun depan JJF lebih assoy lagi. Amin.